
Sejumlah motor tampak berderet memenuhi trotoar di sisi kiri kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, pada Sabtu (14/6) malam.
Saat menyusuri jalan pada pukul 19.21 WIB, kumparan merasa kesulitan melintas karena jalan yang sempit di tengah jejeran motor.
kumparan menyusuri jalur trotoar dari Jalan Cikini 1 menuju arah Perpustakaan Jakarta. Tarif yang dikenakan oleh juru parkir yakni sebesar Rp 10 ribu per motor dan dibayar di muka.
Beberapa pengunjung terlihat harus berjalan zig-zag di antara deretan motor.
Angga (24), seorang pejalan kaki yang ditemui di lokasi mengaku sering melewati kawasan itu, terutama saat pulang kerja.
“Tadi itu turunnya di kantor pos, terus jalan ke TIM. Ternyata rame banget parkirnya. Harus nyempil-nyempil, padahal trotoarnya juga udah sempit karena ada tanaman. Kalau ketemu orang dari arah berlawanan, makin sempit,” kata Angga.
Ia menambahkan, kondisi seperti ini biasanya terjadi pada akhir pekan dan malam hari.

“Ya sebenernya kalau misalnya hari kerja, biasa sore-sore itu nyaman aja sih. Karena kan emang mostly yang disitu kan naik kendaraan umum ya. Cuma kalau kayak hari gini aduh, ribet, maksudnya terlalu rame,” jelasnya.
Menurutnya, sejak Perpustakaan Jakarta dibuka hingga malam, jumlah pengunjung makin meningkat, begitu pula dengan jumlah kendaraan. Ia menyebut, motor mulai ramai terparkir dari jam 15.00 WIB.
“Biasanya sih pasti ramenya kalau hari weekend gini jam 3, itu juga udah rame jam 3. Tapi berhubung sekarang perpusnya udah buka sampai malam, sampe jam 10 deh kayaknya. Jadinya ramenya malam, jadi makin malam makin nambah gitu,” ujar Angga.
Angga pun berharap pemerintah dapat menindak langsung fenomena parkir liar tersebut.
“Ya, yang pasti kalau misalnya dari pihak yang berwenang, harusnya kan emang dibenahi lah jalan. Maksudnya, ya pokoknya dibenahin lah, harus ada tindakan langsung dari pemerintah,” kata Angga.
“Kalau begini kan udah biasa kita komplain juga, yaudah ntar juga besok nongol lagi,” tambahnya.
kumparan juga berbincang dengan Lina (22), yang juga mengisi akhir pekannya di TIM. Ia menyayangkan trotoar yang semestinya nyaman bagi pejalan kaki justru disulap jadi lahan parkir.
“Saya ke sini seminggu bisa dua kali. Tapi, trotoarnya sering berubah jadi lahan parkir. Mau lewat aja susah,” kata Lina.