Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka datang dari dunia hiburan Tanah Air. Komedian Mpok Alpa meninggal dunia pada Sabtu, 16 Agustus 2025, setelah berjuang melawan kanker payudara yang diidapnya. Kabar ini tentu mengejutkan banyak pihak, terutama para penggemarnya yang selama ini mengenal sosoknya sebagai pribadi ceria.
Suami Mpok Alpa, Adji Darmaji mengungkapkan bahwa penyakit yang dialami istrinya diduga kuat berkaitan dengan faktor genetik. Menurut keterangan dokter yang merawat, ada riwayat kanker payudara di keluarga besar mendiang.
"Oh iya jadi Almarhumah ini divonis genetik dari ibunya, keponakan juga sama empat kali operasi kayak gitu gak aktif," kata Adji saat ditemui di rumah duka, mengutip Kapanlagi pada Senin, 18 Agustus 2025.
Keterangan Adji sejalan dengan penjelasan para ahli medis. Dokter spesialis bedah, Aseanne Femelia Ramodora, menjelaskan bahwa faktor genetik memang bisa meningkatkan risiko seorang perempuan terkena kanker payudara.
"Misalnya kalau ibu atau anak atau adik yang merupakan lini pertama keluarga kena kanker payudara, maka berpotensi 2-3 kali lebih besar mengalami kondisi itu," ujar Aseanne dalam sebuah diskusi yang ditayangkan di YouTube EMC.
Dengan kata lain, riwayat keluarga menjadi salah satu hal penting yang perlu diperhatikan perempuan dalam menjaga kesehatan payudara mereka.
Faktor Risiko Lain Kanker Payudara
Meski genetik memiliki peran besar, Aseanne menegaskan bukan hanya faktor keturunan yang bisa memicu kanker payudara. Ada sejumlah faktor risiko lain yang perlu diwaspadai.
Pertama, jenis kelamin. Perempuan memiliki risiko 100 kali lipat lebih tinggi dibandingkan laki-laki untuk terkena kanker payudara.
Selain itu, faktor usia menstruasi juga berpengaruh. Anak perempuan yang mengalami menstruasi lebih dini, misalnya pada umur 8 s.d 9 tahun, memiliki risiko lebih besar dibandingkan yang mendapatkan haid pada usia 13–14 tahun.
"Anak-anak zaman sekarang kan ada yang makin awal mendapat haid di usia 8-9 tahun. Maka makin besar risiko kanker payudara dibandingkan umur 13-14 tahun," ujar Aseanne.
Faktor lain adalah usia menopause. Perempuan yang mengalami menopause di usia lebih tua juga lebih rentan karena periode paparan hormon estrogen lebih panjang.
Tak hanya itu, paparan radiasi juga bisa meningkatkan risiko. Mereka yang pernah menjalani terapi radiasi di area dada memiliki kemungkinan lebih besar terkena kanker payudara di kemudian hari.
Pentingnya Deteksi Dini Kanker Payudara
Meninggalnya Mpok Alpa menjadi pengingat pentingnya deteksi dini kanker payudara. Menurut Aseanne, pemeriksaan bisa dimulai sejak seorang perempuan pertama kali menstruasi.
"Saya selalu anjurkan saat anak perempuan sudah haid, mama menganjurkan anak perempuannya untuk melakukan SADARI alias Periksa Payudara Sendiri. Ketika ada benjolan bisa diperiksakan ke dokter umum atau dokter spesialis," katanya.
Pemeriksaan berlanjut dengan USG pada usia 20-an, dan mamografi mulai usia 40 tahun. Dengan pemeriksaan rutin, kanker bisa ditemukan pada stadium awal.
"Bila ditemukan di stadium awal, angka keselamatan lebih tinggi dibandingkan datang sudah stadium lanjut," tambah Aseanne.
Sayangnya, banyak pasien datang ketika kondisinya sudah parah. Aseanne menuturkan, tak jarang pasien baru memeriksakan diri ketika payudara sudah bengkak, nyeri, bahkan bernanah.
"Kalau sudah stadium 4, enggak ada opsi operasi. Tim dokter akan memikirkan cara pasien bertahan hidup mengurangi keluhan yang ada," ujarnya.
Pesan untuk Keluarga dengan Riwayat Kanker
Kisah perjuangan Mpok Alpa memberikan pelajaran penting, terutama bagi keluarga yang memiliki riwayat kanker payudara. Adji menegaskan bahwa keluarganya sudah mengetahui risiko ini, tapi tetap berharap agar sang istri bisa bertahan lebih lama.
Kini, yang tersisa adalah pesan agar masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan. Deteksi dini bukan hanya untuk mereka yang sudah sakit, tetapi juga untuk yang merasa sehat tapi memiliki risiko tinggi. Aseanne menekankan, semakin cepat tumor ditemukan, semakin besar peluang keberhasilan pengobatan.
"Maka dari itu, diharapkan tumor ditemukan stadium awal agar angka keberhasilan pengobatan bisa tinggi," ujarnya.