
NYERI dada sering kali dikira sebagai gejala asam lambung naik (GERD). Padahal, bisa jadi itu tanda awal serangan jantung koroner. Meski gejalanya serupa, risikonya sangat berbeda, dan bisa berujung fatal.
GERD: Terasa Panas, Bukan Tertekan
GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) terjadi saat asam lambung naik ke kerongkongan. Gejalanya berupa rasa panas terbakar di dada, biasanya setelah makan, berbaring, atau saat perut kosong. Keluhan ini kerap disertai rasa pahit di lidah, kembung, dan begah.
Serangan Jantung: Nyeri Seperti Ditekan Benda Berat
Sebaliknya, nyeri dada akibat penyakit jantung koroner muncul karena aliran darah ke otot jantung terhambat. Rasanya seperti ditekan benda berat, muncul tiba-tiba, terutama saat aktivitas fisik atau stres emosional.
Berbeda dari GERD, nyeri jantung tidak hilang setelah minum obat maag dan cenderung memburuk. Gejala lain yang menyertainya bisa berupa sesak napas, mual, keringat dingin, hingga pusing.
Waktu Kemunculan Bisa Jadi Petunjuk
- GERD: Muncul setelah makan, saat perut kosong, atau setelah langsung berbaring. Bisa dipicu stres atau kebiasaan makan tidak teratur.
- Jantung: Tidak terkait waktu makan. Serangan terjadi tiba-tiba, sering saat tubuh dalam tekanan fisik atau emosional.
Kapan Harus Waspada?
Jika nyeri dada tidak mereda, terutama disertai gejala seperti sesak napas, mual, atau keringat dingin—jangan tunda. Segera cari bantuan medis. Serangan jantung harus ditangani secepat mungkin untuk meningkatkan peluang selamat.
Pencegahan Lebih Baik
Gaya hidup sehat tetap kunci: makan bergizi, olahraga teratur, kelola stres, dan rutin periksa kesehatan. Khususnya bagi yang punya riwayat tekanan darah tinggi, kolesterol, atau faktor risiko lain.
Ingat, nyeri dada bukan selalu soal lambung. Bisa jadi itu sinyal dari jantung—dan tak boleh diabaikan. (Siloam Hospitals, Halodoc/Z-10)