Apakah Luka Bakar Boleh Dikasih Odol? Ini Alasan Medis Kenapa Kamu Harus Hindari Cara Itu

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Persatuan Ahli Bedah Indonesia (PABI), dr. Heri Setyanto, Sp.B, FINACS menegaskan bahwa luka bakar tidak bisa disembuhkan hanya dengan mengoleskan pasta gigi atau odol. Kebiasaan ini justru dapat memperparah kondisi luka dan merusak jaringan kulit.

"Itu mitos banget," ujar dr. Heri dalam acara Kampanye Edukasi #BedaLukaBedaPlester dan Leukoplast Red First Aid pada Rabu, 5 November 2025.

Heri menjelaskan bahwa pasta gigi tidak memiliki efek penyembuhan pada luka bakar. Penanganan pertama yang tepat adalah mendinginkan area yang terkena panas menggunakan air bersih yang mengalir atau larutan steril seperti NaCl selama 15 s.d 20 menit.

"Tujuannya adalah menghentikan proses panas di jaringan agar tidak terjadi kerusakan lebih luas," ujarnya. Jika panas tidak segera diatasi, sel-sel kulit akan terus rusak meski sumber panas sudah diangkat.

Mengoleskan pasta gigi justru membuat panas terperangkap di bawah kulit, memicu peradangan baru, luka lebih dalam, dan bahkan luka sekunder.

"Kebersihan dan pendinginan adalah dua kunci utama pertolongan pertama luka bakar ringan sebelum dibawa ke fasilitas kesehatan," tambahnya.

Masyarakat sering salah kaprah karena sensasi dingin dari pasta gigi atau odol terasa menyegarkan. Padahal, efek sejuk tersebut hanya karena mentol dan fluorida, bukan pendinginan yang sesungguhnya.

Selain menimbulkan iritasi, bahan tidak steril ini meningkatkan risiko infeksi, memperlambat penyembuhan, dan menimbulkan bekas permanen.

Heri pun menyarankan untuk tidak menggunakan bahan apapun dari dapur atau obat-obatan rumahan, seperti mentega, minyak, atau kecap.

"Langkah pertama yang benar adalah mengguyur luka dengan air bersih, lalu menutupnya dengan kain lembut dan steril," katanya.

Setelah pertolongan awal, segera periksakan diri ke tenaga medis jika luka melepuh, sangat nyeri, atau mengenai area tubuh luas. "Semakin cepat ditangani dokter, semakin kecil risiko jaringan rusak lebih dalam," tambahnya.

Penggunaan odol sebagai obat luka bakar mencerminkan rendahnya literasi kesehatan. Kebiasaan turun-temurun yang tidak berbasis ilmu medis masih sering dijadikan rujukan.

"Kesalahan sederhana bisa berakibat fatal. Edukasi publik harus terus dilakukan supaya masyarakat tahu langkah yang benar," ujar Heri.

Dia, menegaskan, luka dengan gelembung besar, bernanah, atau di area sensitif seperti wajah, tangan, dan alat kelamin harus segera dirawat medis.

"Jika dibiarkan, risiko infeksi sistemik meningkat," katanya.

Selain itu, pasien luka bakar juga disarankan memperhatikan asupan protein, yang membantu pembentukan jaringan baru, mempercepat penyembuhan, dan mencegah luka terbuka kembali.

"Jangan percaya mitos. Protein seperti telur dan ikan justru dibutuhkan tubuh untuk menutup luka," kata Heri.