BI perkuat kebijakan ekonomi keuangan inklusif

Jakarta (ANTARA) - Kepala Departemen Ekonomi Keuangan Inklusif dan Hijau Bank Indonesia (BI) Anastuty mengatakan mereka terus memperkuat kebijakan ekonomi keuangan inklusif.

“Kebijakan ini ditujukan untuk menciptakan demand bagi lembaga pembiayaan untuk dapat menyalurkan kredit kepada UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang memang membutuhkan,” ujar dia dalam agenda Peluncuran Amartha Financial Group di Jakarta, Selasa.

Saat ini, kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 60-64 persen dengan 97 persen pekerja terserap di sektor tersebut, yang 80 persen di antaranya dari kalangan perempuan.

BI sendiri memiliki 2.500 UMKM binaan yang 50 persen dari mereka didirikan oleh perempuan, dan 90 kelompok subsisten di seluruh Indonesia dengan total anggota hampir dua ribu orang. Mayoritas dari anggota tersebut adalah perempuan dengan persentase 69 persen,

Dalam program pengembangan UMKM, Bank Indonesia memiliki kerangka kerja ekonomi keuangan inklusif yang terdiri dari tiga pilar, yakni peningkatan daya saing UMKM, akses keuangan, serta peningkatan literasi dan inklusi keuangan.

Pengembangan UMKM dilakukan dengan tujuan mendukung tujuan utama BI dalam menjaga inflasi, dan memperbaiki neraca perdagangan melalui pembinaan kepada UMKM sektor pangan.

Bank Indonesia, menurut dia, memberikan pembinaan kepada UMKM untuk meningkatkan usaha, sehingga mereka dapat memiliki daya saing dalam melakukan ekspor yang kemudian berkontribusi positif terhadap neraca perdagangan.

Melalui program UMKM Go Ekspor, UMKM Hijau, dan UMKM Go Digital, BI memberikan kesempatan kepada lembaga pembiayaan agar bisa berinvestasi terhadap UMKM yang membutuhkan, serta mengenalkan para pelaku usaha tentang e-commerce dan platform pembayaran digital.

Aplikasi Sistem Informasi Aplikasi Pencatatan Informasi Keuangan (SIAPIK) yang dibuat oleh BI diperkenalkan pula untuk membantu pelaku UMKM membuat catatan sederhana keuangan sehari-hari.

Lebih lanjut, Anastuty menyampaikan keberadaan QRIS juga memberikan bantuan terhadap UMKM dalam melakukan transaksi. Hingga kini, terdapat 57 juta pengguna QRIS dengan 39,3 juta di antaranya UMKM.

Peluncuran QRIS Cross Border di Jepang, Singapura, Malaysia, Thailand, serta fase sandbox di Tiongkok, semakin mempermudah wisatawan melakukan transaksi, sehingga mendorong UMKM terus bisa diakses oleh pembeli dari luar negeri.

Dalam akses keuangan, bank umum masih memimpin penyaluran pembiayaan sebesar 98,4 persen, sedangkan sisanya dari financial technology (fintech) sebanyak 1,6 persen.

Kendati masih kecil secara porsi, tren penyaluran pembiayaan fintech dinilai cukup baik, yakni 36,8 persen secara year-on-year (yoy), yang berarti masih cukup banyak ruang untuk bisa tumbuh.

Di sisi lain, penyaluran kredit dari bank umum dikatakan mengalami penurunan signifikan, sehingga menghambat UMKM bertumbuh, sehingga para pelaku usaha menahan diri melakukan ekspansi bisnis.

“Banyak hal yang menyebabkan penurunan ini. Dari sisi demand kita tahu ekonomi sedang lesu, kemudian daya beli masyarakat juga semuanya semuanya juga sedang lesu,” ujar dia.

Untuk mendukung business matching antara UMKM dengan lembaga pembiayaan, BI mempunyai program Survei Database Profil Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Potensial Dibiayai (BISAID).

“Kami punya program yang mungkin tidak dimiliki oleh kementerian/lembaga yang lain, yaitu memberikan akses keuangan kepada UMKM ini. Kami ajak 314 UMKM yang merupakan lembaga binaan dari 10 lembaga keuangan, dan hasilnya alhamdulillah terjadi business matching pembiayaan sebesar Rp320 miliar,” kata Anastuty.

Kolaborasi dan sinergi antar pemangku kepentingan turut dilakukan oleh BI melalui Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) untuk mendorong literasi keuangan.

“Kita bisa bilang bahwa piloting project kepada 2.500 UMKM itu, bisa kita jadikan contoh untuk pengembangan UMKM, atau subsisten lain di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, kami sangat membuka diri untuk melakukan kolaborasi dan sinergi,” kata Kepala Departemen Ekonomi Keuangan Inklusif dan Hijau BI itu.

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.