Liputan6.com, Jakarta Inggris melaporkan kenaikan kasus chikungunya nyaris tiga kali lipat. UK Health Security Agency (UKHSA) mencatat ada 73 kasus chikungunya di antara Januari hingga Juni 2025.
Angka itu melonjak tajam dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Tercatat pada paruh pertama 2024 ada 27 kasus chikungunya di Inggris.
Menurut laman resmi pemerintah Inggris kebanyakan kasus berasal dari warga yang baru balik dari liburan ke negara-negara yang tengah ada wabah chikungunya.
"Dari 73 kasus chikungunya, mayoritas punya riwayat perjalanan ke Sri Lanka, India, dan Mauritius, hal ini terkait dengan wabah lokal yang sedang berlangsung di negara-negara di kawasan Samudra Hindia," kata pemerintah Inggris yang dipublikasikan pada 14 Agustus 2025.
Konsultan kesehatan publik UKHSA, dokter Philip Veal mengatakan chikungunya merupakan infeksi yang ditularkan akibat nyamuk yang jarang berakibat fatal tapi dapat menyebabkan nyeri sendi dan otot yang parah, sakit kepala, sensitivitas terhadap cahaya, dan ruam kulit.
"Kami melihat peningkatan kasus yang mengkhawatirkan di antara para pelancong yang kembali ke Inggris," kata Veal.
Sebagian besar pasien pulih dalam dua minggu, namun nyeri sendi dapat bertahan berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Inggris Peringatkan Warganya Akan Chikungunya
Peringatan dari pemerintah Inggris menyoroti risiko nyata bagi pelancong yang mengunjungi daerah dengan angka infeksi tinggi. Pelancong yang bepergian ke daerah endemis diminta diminta waspada, khususnya pada pagi dan sore hari ketika nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus paling aktif menggigit.
Veal juga mengungkakapkan orang dengan sistem imun lemah, ibu hamil, dan anak-anak memiliki risiko komplikasi lebih tinggi. Meski jarang berakibat fatal, dampak terhadap kualitas hidup dapat signifikan, terutama jika nyeri sendi menetap.
“Chikungunya dapat menjadi penyakit yang buruk dan kami melihat peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kasus di antara para pelancong yang kembali ke Inggris," tambah Veal.
Pencegahan Chikungunya
UKHSA menekankan pentingnya pencegahan sebagai kunci menghindari infeksi chikungunya saat bepergian.
“Sangat penting untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap gigitan nyamuk saat bepergian. Langkah-langkah sederhana, seperti menggunakan penolak serangga, menutupi kulit Anda, dan tidur di bawah kelambu yang diobati insektisida dapat sangat mengurangi risiko,” ujar Philip Veal.
Wisatawan juga disarankan memilih akomodasi dengan saringan jendela atau pendingin udara, serta menghindari area dengan genangan air. Setelah kembali dari perjalanan, siapa pun yang mengalami gejala mirip chikungunya dianjurkan segera memeriksakan diri.
Masyarakat juga diimbau untuk menggunakan obat nyamuk, terutama pada pagi dan sore hari serta memastikan rumah dan tempat kerja bebas dari sarang nyamuk.
Langkah sederhana ini bukan hanya melindungi individu, tetapi juga mencegah kemungkinan penyebaran penyakit di negara asal.
Tentang Penyakit Chikungunya
Penyakit ini dinamai "chikungunya" dari bahasa Makonde Afrika yang berarti "membungkuk kesakitan", sebuah nama yang sangat menggambarkan gejala khas dari penyakit ini berupa nyeri sendi parah.
Pada pasien yang bergejala, chikungunya biasanya muncul 4–8 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi.
Penyakit ini ditandai dengan demam yang tiba-tiba, seringkali disertai nyeri sendi yang parah.
Nyeri sendi seringkali melemahkan dan biasanya berlangsung selama beberapa hari, tetapi dapat juga berkepanjangan, hingga berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.