Moskow (ANTARA) - Impor barang dari China di Amerika Serikat terus menurun pada Juni 2025, bahkan mencapai level terendah dalam 16 tahun terakhir, menurut perhitungan kantor berita Rusia RIA Novosti.
Penurunan ini terjadi di tengah perang tarif di antara kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu.
Presiden AS Donald Trump memberlakukan bea masuk sebesar 10 persen terhadap semua barang impor dari China pada Februari dan menaikkannya menjadi 20 persen pada Maret.
Setelah saling membalas, tarif impor AS terhadap barang China melonjak hingga 145 persen, sementara China memberlakukan tarif impor dari AS hingga 125 persen.
Kedua negara akhirnya sepakat untuk menurunkan tarif masing-masing menjadi 10 persen selama 90 hari, dimulai pada 14 Mei.
Selama periode itu, China mengenakan tarif 10 persen atas produk dari AS, sedangkan AS tetap mengenakan tarif sebesar 30 persen atas barang dari China.
Menurut perhitungan RIA Novosti, nilai impor barang China ke AS pada Juni turun 7,5 persen menjadi 18,95 miliar dolar (sekitar Rp310 triliun), dari 20,49 miliar dolar pada Mei. Angka ini merupakan yang terendah sejak Februari 2009, ketika nilai impor tercatat sebesar 18,85 miliar dolar.
Sementara itu, ekspor barang AS ke China justru meningkat 44 persen pada Juni 2025 menjadi 9,44 miliar dolar (sekitar Rp154 triliun) dari 6,55 miliar dolar pada bulan sebelumnya.
Impor ponsel pintar dari China ke AS anjlok drastis secara tahunan pada Juni menjadi 726,6 juta dolar (sekitar Rp11,9 triliun) dari 2,2 miliar dolar pada Juni tahun lalu.
Pada semester pertama 2025, total impor ponsel pintar dari China tercatat sebesar 11,2 miliar dolar atau turun hampir 28 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (15,4 miliar dolar).
Pada Selasa, Trump mengatakan bahwa dirinya mungkin akan bertemu Presiden China Xi Jinping sebelum akhir tahun ini, asalkan kedua negara dapat mencapai kesepakatan dagang.
Pada akhir Juli, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan bahwa meski AS kemungkinan memperoleh keuntungan dari perang dagang skala penuh dengan China, konflik tersebut tetap akan merugikan kedua negara dan berdampak global.
Sumber: Sputnik/RIA Novosti-OANA
Baca juga: China soroti kesepakatan tarif dagang Indonesia-AS
Baca juga: China tepis ancaman tarif AS untuk negara sekutu BRICS
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.