Liputan6.com, Jakarta Rumah dokter sekaligus musisi Tompi dikenal memiliki karakter unik yang memadukan fungsi, estetika, dan kenyamanan. Salah satu area yang paling mencuri perhatian adalah bagian teras yang mengusung konsep industrial dengan sentuhan modern yang tegas. Desainnya memadukan material jujur seperti baja, beton ekspos, dan lantai bertekstur, berpadu dengan aksen warna mencolok yang menghidupkan suasana.
Tak hanya berfungsi sebagai ruang transisi, teras rumah ini juga menjadi “etalase” gaya arsitektur sang pemilik yang berani bermain kontras namun tetap selaras. Dari gerbang besar berdesain perforasi hingga lorong dramatis dengan pencahayaan tersembunyi, setiap detailnya dirancang untuk menciptakan pengalaman visual sekaligus memperkuat karakter bangunan secara keseluruhan.
Gerbang Perforasi Skala Besar: Statement Industrial di Paling Depan
Pada foto pertama terlihat garasi mobil, yang tertutupi bidang gerbang logam berukuran ekstra lebar dengan pola perforasi rapat yang teratur, kemungkinan berupa lembar baja berlubang (perforated steel) berlapis cat powder-coating warna cokelat tua atau finishing menyerupai baja berkarat (corten look) sehingga menghadirkan tekstur visual yang kaya sekaligus tetap tahan cuaca.
Konstruksi gerbang terintegrasi dengan kusen masif dan sebuah pintu akses kecil di sisi kiri, sementara dinding sekelilingnya menggunakan beton ekspos atau plester semen bertekstur yang dibiarkan alami tanpa banyak ornamen, serta area lantai carport memakai slab ubin outdoor berformat besar berwarna gelap yang disusun dengan nat tipis agar terlihat bersih dan luas, ditambah jalur paving bermotif di sisi depan untuk memecah monoton serta membantu aliran air.
Bidang Dinding Abu dan Aksen Pintu Oranye
Pada foto kedua, fokus beralih ke dinding finishing semen ekspos berwarna abu yang terasa kasar namun rapi, yang memberikan latar netral agar elemen lain menonjol, terutama panel pintu berwarna oranye terang di belakang tokoh yang tampak di frame.
Komposisi ini menunjukkan strategi industrial yang sering dipakai: mayoritas bidang memakai warna monokrom dan material “jujur”, lalu diberi satu titik aksen super-kontras sebagai penanda arah masuk, sedangkan lantai tetap konsisten dengan ubin outdoor gelap anti-selip untuk kepraktisan perawatan di area yang berpotensi basah.
Panel Oranye Berdaun Lebar: Elemen Arsitektural Sekaligus Art Piece
Pada foto ketiga, panel oranye terlihat sedang digeser, memperlihatkan bahwa elemen tersebut kemungkinan besar merupakan daun pintu geser logam berukuran jumbo dengan rangka struktural yang terekspos pada permukaannya, sehingga selain berfungsi sebagai pintu juga berperan sebagai karya visual yang kuat.
Rel pintu tampak tersembunyi atau disamarkan, menguatkan kesan minimal dan rapi, sementara keberadaan pintu geser besar memberi fungsi screening privasi dari jalan sekaligus menjadi pengarah sirkulasi menuju ruang dalam tanpa perlu signage berlebihan berkat warnanya yang sangat mencolok.
Lorong Masuk dengan Dinding Kasar: Teknik “Compression” Sebelum Ruang Terbuka
Pada foto keempat, sudutnya memperlihatkan celah lorong diapit dinding abu-abu bertekstur yang sangat dekat, menunjukkan teknik “compression” dalam arsitektur, yakni menghadirkan ruang sempit terlebih dulu agar ruang berikutnya terasa lebih lega dan mengejutkan.
Panel oranye yang tebal menegaskan massa bangunan serta berfungsi sebagai pengaman cuaca, sementara lantai tetap gelap untuk menyamarkan kotor, dan garis-garis bayangan pada dinding menambah dramatisasi khas industrial tanpa harus memasang dekorasi berlebih.
Koridor Dalam: Lantai Oranye, Beton Ekspos, dan Pencahayaan Ambien Tersembunyi
Pada foto kelima, memasuki koridor dalam yang menampilkan kombinasi lantai berwarna oranye—bisa berupa epoxy floor atau semen berpigmen—yang memantu...