Liputan6.com, Jakarta Banyak orang masih menganggap cacingan hanya sebagai masalah biasa, padahal kondisi ini bisa memengaruhi kesehatan anak. Bahkan dapat memengaruhi fungsi kognitif anak.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) , Dr. dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp.Kardio(K) mengatakan, infeksi cacing ini merupakan penyakit daerah tropis yang sering diabaikan atau neglected tropical disease.
“Jadi, ini sebetulnya masalah kesehatan serius yang bahkan bisa merampas potensi akademik anak, masa depan anak, bahkan bisa merampas juga nyawa anaknya,” kata Piprim menggambarkan dampak bahaya cacingan dalam seminar Dampak Cacingan pada Anak pada Jumat, 22 Agustus 2025.
Menurut data World Health Organization (WHO), sebanyak lebih dari satu setengah miliar orang di dunia terkena infeksi cacing, anak-anak merupakan kelompok paling rentan terkena masalah kesehatan ini.
“Ini bukan sekadar kehilangan nafsu makan, tetapi adanya parasit dalam tubuh seorang anak, apalagi balita, yang dia mencuri nutrisi dari anak-anak itu, dan tentu saja bisa sangat merugikan masa depannya,” ujar Piprim.
Tanda-Tanda Cacingan pada Anak
Pada kesempatan yang sama, dokter Riyadi, Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropis IDAI, menekankan bahwa gejala penyakit ini berjalan perlahan.
“Penyakit ini berjalannya lambat, tidak berjalan dengan segera, butuh waktu untuk sampai bisa menimbulkan gejala, bahkan bisa menimbulkan gejala yang bisa dirasakan oleh anaknya,” kata Riyadi.
Tanda-tanda awal cacingan sering kali tidak langsung tampak. Menurut Riyadi, infeksi cacing dapat mengganggu penyerapan makanan, sehingga nutrisi yang masuk ke tubuh anak tidak bisa bekerja secara optimal. Akibatnya, anak bisa mengalami kekurangan gizi meskipun sudah makan dengan cukup.
Ia juga menyebut, jenis cacing tambang yang menginfeksi dapat berisiko menghisap darah dari tubuh anak, sehingga bisa menyebabkan anemia. Kondisi ini membuat anak sering terlihat pucat, mudah lemas, dan perkembangan anak terganggu.
“Semua aspek dari makanan yang masuk itu diganggu oleh dia. Sehingga terjadi kerugian, karena makanan yang dimakan paruan sama cacingnya, jadi tidak optimal,” kata Riyadi.
Beda Jenis Cacing, Beda Gejala
Tidak semua jenis cacing menimbulkan gejala yang sama ketika menginfeksi tubuh. Masing-masing memiliki ciri khas infeksi yang berbeda. Ia juga menekankan bahwa tidak semua jenis cacing menginfeksi melalui tanah.
- Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Cacing jenis ini ukurannya paling besar dan bisa menyebabkan penyumbatan di dalam tubuh.
“Kalau cacing gelang, ascaris. Karena bentuknya paling besar, dia yang suka bikin repot. Bikin nyumbat kemana-mana,” ujar Riyadi.
Ia menyebut, penyumbatan ini bisa menyebabkan buang air besar (BAB) sulit karena keberadaan cacing di saluran pencernaan.
- Cacing Tambang (Necator americanus, Ancylostoma duodenale)
Cacing tambang dikenal sebagai penyebab anemia karena sifatnya yang menghisap darah.
“Cacing tambang itu yang suka bikin pucat biasanya jelas. Anaknya kalau terkena itu pucatnya yang dominan ya,” terang Riyadi.
Gejalanya, anak akan terlihat lemas, sering pusing, dan produktivitas belajarnya bisa terganggu.
- Cacing Cambuk (Trischuris trichiura)
Infeksi cacing ini umumnya memberikan gejala yang ringan, tetapi bisa menimbulkan ambeien yang disebabkan oleh diare berulang.
“Biasanya ringan, tapi dia bisa bikin diare berulang,” jelas Riyadi.
Bahaya Jangka Panjang Cacingan
Cacingan bukan hanya soal perut kembung atau tubuh kurus. Jika berlangsung lama, penyakit ini bisa mengganggu perkembangan anak dan menurunkan kemampuan kognitif anak.
“Anak-anak kecacingan bisa menurun fungsi kognitifnya di sekolah, mereka yang seharusnya ranking satu bisa jadi ranking satu dari belakang,” jelas Piprim.
Lebih lanjut, Riyadi menjelaskan kondisi cacingan kronis dapat memicu masalah yang lebih parah, yaitu stunting.
“Stuting itu penyebabnya, selain karena gizi yang kurang, bisa karena penyakit kronis. Ini salah satunya kecacingan ini.” tegas Riyadi.
Pencegahan cacingan ini bisa dilakukan dengan pemberian obat cacing. "Oleh sebab itu, makanya pemerintah dunia bahkan mengadakan program penanggulangan kecacingan untuk memutus mata rantai penularan," jelas Riyadi.