Liputan6.com, Jakarta Kebiasaan membuka ponsel segera setelah bangun tidur kini menjadi rutinitas banyak orang. Lonjakan trafik internet pada pukul 6,7, dan 8 pagi menunjukkan jutaan pengguna langsung mengakses media sosial.
Dilansir dari The Independent, momen tersebut kerap menjadi awal hari bagi sebagian besar masyarakat digital untuk cek HP. Sayangnya banyak pakar kesehatan tidak menyarankan kebiasaan ini.
Psikolog Antonio Kalentzis menjelaskan bahwa periode setelah bangun tidur adalah fase transisi yang sensitif bagi otak dan tubuh. Idealnya, waktu ini digunakan untuk beradaptasi secara bertahap dari kondisi tidur menuju terjaga penuh. Namun, paparan informasi yang berlebihan justru dapat mengacaukan ritme alami otak dan memicu stres sejak pagi.
Kebiasaan “bangun tidur langsung scroll” mungkin terasa sepele, tetapi para ahli memperingatkan dampak jangka panjangnya. Selain meningkatkan risiko kelelahan otak, rutinitas ini juga dikaitkan dengan meningkatnya perilaku menunda pekerjaan.
Seiring semakin mengaburnya batas antara kehidupan pribadi dan digital, penting bagi setiap individu untuk mengatur ulang kebiasaan pagi mereka. Mengurangi interaksi dengan ponsel setelah bangun tidur merupakan langkah strategis untuk menjaga kesehatan mental dan produktivitas sepanjang hari.
1. Mengganggu Fungsi Otak
Saat baru bangun, otak berada dalam kondisi sleep inertia yaitu fase transisi yang membuat fungsi kognitif belum sepenuhnya pulih sehingga membuat otak bekerja dengan lebih lambat.
“Mengambil ponsel dan membanjiri otak dengan notifikasi, media sosial, atau email akan menstimulasi secara berlebihan korteks prefrontal yakni bagian otak yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan pengendalian impuls," kata Kalentzis.
Akibatnya, otak dipaksa memproses terlalu banyak informasi sekaligus yang bisa menyebabkan kelelahan mental sebelum Anda benar-benar memulai hari.
Kondisi ini membuat pikiran terasa penuh dan sulit fokus sehingga Anda cenderung sulit membuat keputusan. Jika dilakukan terus-menerus, kebiasaan ini dapat menurunkan produktivitas karena energi mental yang seharusnya digunakan untuk pekerjaan penting sudah terkuras sejak pagi.
2. Mengganggu Siklus Tidur
Meskipun paparan cahaya biru ponsel paling merugikan saat malam, kebiasaan melihat ponsel di pagi hari juga memengaruhi ritme tidur alami.
“Cahaya biru yang dipancarkan ponsel menekan produksi melatonin, hormon yang penting untuk mengatur tidur,” jelas Kalentzis.
Selain itu, notifikasi atau email yang memicu stres dapat mengaktifkan respons stres tubuh terlalu dini. Hal ini akan memotong fase pemulihan alami yang dibutuhkan tubuh untuk memulai hari dengan tenang.
Kebiasaan ini lama-kelamaan mengganggu siklus tidur-bangun, membuat Anda sulit tidur nyenyak di malam hari dan berisiko mengalami kelelahan kronis.
Hal ini juga memperkuat ketergantungan pada ponsel, seolah tidak bisa memulai hari tanpa interaksi digital yang pada gilirannya semakin mengacaukan pola tidur dan kualitas istirahat Anda.
3. Mempengaruhi Mood
Membuka media sosial di pagi hari sering kali membuat Anda membandingkan diri dengan orang lain atau membaca berita negatif.
Kalentzis mengingatkan, “Baik itu membandingkan diri dengan pencapaian orang lain atau membaca berita yang mengganggu, interaksi ini dapat memicu kecemasan, stres, bahkan rasa kurang berharga.”
Pagi seharusnya menjadi waktu untuk memulihkan energi dan menyiapkan diri, namun paparan konten negatif bisa menimbulkan efek berantai terhadap suasana hati sepanjang hari.
Bahkan hal sepele seperti komentar negatif atau berita buruk dapat memicu perasaan gelisah dan menurunkan motivasi. Jika ini terjadi setiap hari, pola tersebut bisa memengaruhi kesehatan mental jangka panjang sehingga membuat Anda memulai hari dengan perspektif negatif yang sulit diubah.
4. Menurunkan Produktivitas
“Alih-alih memulai hari dengan niat dan fokus, Anda berisiko terjebak dalam konsumsi pasif,” ujar Kalentzis.
Scrolling media sosial atau membaca email yang tidak mendesak akan mengalihkan perhatian dari prioritas utama. Kebiasaan ini memberikan sensasi “dopamin instan” yang membuat otak cenderung mencari kesenangan cepat daripada mengerjakan tugas yang lebih penting.
Akibatnya, momentum kerja melambat, fokus berkurang, dan hari Anda berpotensi dihabiskan untuk aktivitas yang tidak produktif. Jika dibiarkan, pola ini akan mengakar dan sulit diubah sehingga berdampak pada kinerja jangka panjang dan pencapaian personal maupun profesional.